(Wattpad Review) I Love You My El by Atha


​Elfatih Atha Nahendra

Seorang Dokpol, dokter yang tergabung dalam berbagai misi rahasia kepolisian. Memiliki profesi yang amat digandrungi oleh kebanyakan gadis, didukung dengan kadar ketampanan mendekati maksimal. Tak ayal keberadaannya membuat banyak gadis tergila-gila. Namun hal itu tak serta merta membuat El bisa mendapatkan gadis pujaan hatinya. Ada banyak harga yang harus Ia bayar untuk memenangkan hati gadisnya.

Alyssa Florencia Kusuma

Gadis cantik blasteran Jerman Indonesia mengalami trauma karena hampir diperkosa oleh saudara tirinya setiap malam serta hampir menjadi korban pelecehan dosen gila yang memiliki perilaku sex menyimpang. Korban perceraian orang tuanya namun tetap bisa menjadi gadis yang cantik dan cerdas. Saat hatinya tertambat pada seorang El, Ia tak dapat menerima El karena sebuah kesepakatan yang Ia buat bersama Mamanya. Lalu bagaimana kisah cinta Alyssa selanjutnya?

===

Judul : I Love You My El

Penulis : Atha

Wattpad Id : zalfanatha

Genre : Romance

Published : 24 Parts

Status : Ongoing (18+)

Visitors : 1.19k Reads. 156 Votes. (Sat, 15 Apr 2017)

Rating : 6.3/10.0

Sudut Pandang : Orang Pertama dan Ketiga

Copyright : All Right Reserved

Read more : I Love You My El

Review by : ndyaachitra




Novel ini ber-genre romance yang hampir chicklit. Kalo di GPU, novel genre ini pasti langsung nangkring di deretan metropop. Jika kamu penggemar novel-novel percintaan dewasa sekelas Alia Zalea, Ika Natasha dkk, cocok sekali membaca karya Atha yang satu ini.

Cinta yang penuh gairah, intrik yang dalam, juga segala hal urusan hati khas romance disajikan Atha dengan mengusung tema kedokteran. Aku suka ide cerita yang dibawakan penulis dalam kisah ini. Ringan, namun dengan latar belakang karakter yang kuat sehingga cerita yang terjalin tak terkesan receh. Gaya bahasanya lugas dan dialognya masuk akal sehingga enak diikuti.

Dalam I Love You My El, kita akan bertemu dengan sosok dokpol (dokter polisi) bernama Elfatih, yang dengan segala karisma yang ia miliki memukau seorang gadis berdarah Jerman-Indonesia bernama Alyssa. Mereka saling jatuh cinta, namun karena ego dan kendala lainnya, sampai pada chapter 23, keduanya masih belum dapat bersatu.

Aku akan kupas dari luar ke dalam. Yang pertama, wajah—tentunya cover. Cover adalah daya pemikat meskipun memang tak menjamin kualitas sebuah cerita. Namun, bayangkan dia seperti seorang manusia, jika tampilannya menyenangkan, pasti orang lain akan tertarik mengenal lebih jauh. Dalam hal novel, orang lain akan tertarik membaca blurb jika melihat cover yang memikat.

Sayangnya, untuk cover novel ini masih perlu perbaikan menurutku. Font judul maupun nama penulis kurang kelihatan. Ada baiknya, ukuran huruf tulisan I LOVE YOU diperbesar. Nama penulis di bawah yang juga terlihat terpotong, ada baiknya diperbaiki. Kontras warna sebaiknya lebih dikombinasi agar tampak lebih memikat.

Blurb-nya oke. Cukup jelas dan padat. Pekerjaan El yang terbilang jarang ditemui di novel-novel mampu membawa daya tarik tersendiri.

Namun, saya agak mengeryitkan dahi ketika membaca bagian prolog karena prolognya terlihat seperti sinopsis. Prolog adalah pengantar cerita atau latar belakang cerita, tapi penulis menjabarkan keseluruhan cerita berikut mengenalkan semua tokohnya di prolog. Aku rasa ini nggak perlu dan justru bikin tulisan kita terlihat membosankan. Ada baiknya, kita membiarkan pembaca mengekspresikan sendiri cerita yang kita sampaikan, jangan memberitahu mereka apalagi di awal cerita.

Menurutku, bagian yang penulis cantumkan di prolog akan lebih masuk akal jika diletakkan di blurb. Jika seperti itu, maka pas sudah.

Aku nggak menyarankan kalian yang berusia 18 tahun ke bawah membaca cerita ini karena cerita ini benar-benar berisi konten 18+. Adegan awal yang mempertontonkan perbuatan saudara tiri Alyssa mampu membuat pembaca panas-dingin. Ditambah lagi dengan kelakuan dosen Alyssa yang gila, membuatku ingin cepat-cepat baca part selanjutnya.

Namun, setelah bergerak ke part selanjutnya, aku menyayangkan tindakan penulis yang langsung membawa pembaca lompat jauh ke 2 tahun kemudian. Menurutku, tindakan ini sungguh mengacaukan ekspektasi awalku membaca.



Seorang Alyssa yang katanya hampir setiap hari berusaha diperkosa oleh saudara tirinya dan mendapatkan tindakan pelecehan oleh dosennya, namun, dalam dua tahun kemudian, dia baik-baik saja. Tak ada yang salah dengan kejiwaannya. Dia tak tampak telah melalui hal-hal buruk sebelumnya. Bukankah agak mengherankan? Tidakkah dia trauma atau semacamnya?

Oke, di sini memang diceritakan Alyssa seorang mahasiswa psikologi dan mungkin dia punya pengendalian diri yang baik. Namun, hal ini menjadikan cerita terkesan terpisah antara kehidupannya di Indonesia dan Jerman. Seolah dua part awal dan part-part selanjutnya menceritakan orang yang berbeda. Seolah tak ada kaitannya sama sekali antara peristiwa lalu dan apa yang terjadi sekarang.

Padahal, manusia kan tidak pernah bisa benar-benar lepas dari masa lalu. Penjelasan dalam narasi pun sedikit sekali. Penulis lebih banyak menceritakan perasaan si tokoh dalam satu keadaan saja.

Lantas, jika memang konflik utama tentang El dan Alyssa yang bertemu lalu saling jatuh cinta, mengapa dua part awal yang menurutku krusial itu tak memiliki peran penting dalam cerita?

Oke, aku belum tahu dua part di depan itu berpengaruh apa sama cerita ini nantinya, karena ceritanya masih on-going. Kita tunggu aja kira-kira apa hubungan dua part awal itu dengan keseluruhan cerita.

Namun, saranku, jika memang dua part itu dimasukkan tanpa ada kejelasan mengenai akibatnya terhadap pribadi si tokoh dan kelanjutan cerita ke depannya, ada baiknya dihilangkan saja.

Kenapa?

Karena hal itu membuat pembaca salah berekspektasi terhadap cerita kita. Kasihan pembaca yang mulanya mengira akan disuguhkan cerita khas dengan latar Jerman, tetapi ternyata langsung diseret ke Indonesia tiba-tiba dengan tulisan 2 tahun kemudian.

Menurut taste aku, akan bagus jika latar Jerman diletakkan di prolog karena pada dasarnya prolog adalah pengantar menuju cerita yang sebenarnya. Barulah kemudian chapter 1 dimulai dengan adegan di bandara (Indonesia).

Jika yang penulis gunakan sekarang, seperti wajah dengan topeng. Nah, kalo ketutupan topeng, jadi nggak kelihatan kan, sebenarnya kayak apa?

Awalnya, aku mau kasih applause buat penulis yang dengan cerdiknya menggunakan sudut pandang pertama dengan 2 tokoh berbeda. Dari sisi El dan juga dari sisi Alyssa. Jujur, aku menghindari penyajian cerita dengan sudut pandang pertama lebih dari satu tokoh, karena hal ini perlu pendalaman karakter yang baik.

Salah-salah justru kita tersandung, lantaran antara tokoh satu dan tokoh lainnya penyajian ceritanya sama. Padahal kan mereka orang yang berbeda. Ujung-ujungnya justru membuat karakternya seragam.

Kebanyakan penulis menyiasati hal ini dengan menggunakan kata ganti panggilan diri yang berbeda. Misal si A menyebut dirinya ‘aku’ si B menyebut dirinya ‘gue’.

Sayang banget, Atha juga tersandung di sini. Aku perhatikan, penyajian narasi antara El dan Alyssa sulit sekali dibedakan. Seolah mereka orang yang sama. Jika nama mereka dihilangkan, pembaca akan sulit membedakan mana yang El dan mana Alyssa.

Penyebutan ‘ngomel ala emak-emak’ juga sempat membuatku heran karena kadang penulis menggunakan istilah tersebut saat sudut pandang Elfatih. Namun kadang pula pada saat sudut pandang Alyssa. Aku jadi berpikir, akankah isi kepala keduanya sama? Mengapa dua orang bisa menggunakan istilah yang sama persis? Ini menunjukkan bahwa pola pikir mereka pada dasarnya sama. Hal ini akan tampak wajar jika sudut pandang yang digunakan orang ketiga serba tahu, tapi kan penulis di sini menggunakan sudut pandang orang pertama.

Aku juga menemukan banyak penggunaan dialog tag yang tidak pas. Kebanyakan dialog tag terpisah di paragraf berbeda dengan dialognya. Kan sayang kalo isi dialognya bagus tapi kurang nyaman dibaca.



Panjang tiap bab sangat pas. Aku suka. Ini cocok untuk pembaca wattpad yang kebanyakan bosan dengan satu bab yang bertele-tele. Mungkin, tinggal diperbaiki pemotongan tiap bab-nya aja supaya setiap menyelesaikan baca satu chapter, pembaca penasaran akan kelanjutannya.

Narasi untuk mendukung scene sedih kurang greget menurutku. Lalu, seperti kata-kata “ssshhh”  “Doorrr” dan semacamnya, sebaiknya nggak perlu ditulis dan dijelaskan dengan narasi saja.

Kurangi terlalu tell. Pernah dengar prinsip show don’t tell?

Aku akui, tell kamu nggak bisa diremehkan, tapi, ada baiknya lebih show sedikit supaya pembaca bisa lebih menyelami cerita kamu. Narasinya juga perlu diperkuat. Deskripsi latar dan suasananya yang masih minim juga diperhatikan lagi ya.

Ketika aku baca setengah, semuanya tampak biasa aja. Tapi, begitu sampai chapter 11. Kok tiba-tiba point of view-nya berubah? Ini mataku yang salah apa gimana? Aku sampai scroll ke belakang untuk mastiin. Ternyata benar. Pont of view-nya jadi orang ketiga serba tahu.

Sebenarnya sih sah-sah saja. Tapi, setahuku, format penulisan dengan sudut pandang yang sering berubah-ubah itu hanya sering ditemui di fanfiction. Ditambah lagi ada flashback mode on yang mengindikasikan cerita ini positif tertular virus fanfiction.

Oke, aku berusaha calm dan lanjut baca. Di part 14, pov berubah kembali ke pov orang pertama seolah tiga part sebelumnya penulisnya cuma lagi mimpi. Hahaha. #peace

Lagi-lagi saranku (Maaf aku kebanyakan kasih saran), jika cerita ini berformat novel, sebaiknya menggunakan satu jenis sudut pandang saja. Lagipula cerita ini kan bukan fanfiction. Kan sayang juga. Kalo format novel kan, nanti setelah selesai bisa ditawarin ke penerbit. Iya nggak?

Plothole sebenarnya nggak banyak. Mungkin yang jadi pertanyaanku dalam hati adalah saat Alyssa tertembak di bandara. Ada kejanggalan di hatiku saat baca adegan itu.

Tidakkah warga sipil diamankan saat ada misi seperti itu?

Oke, kalau memang tujuan tak mengamankan warga sipil adalah demi tak diketahui penjahat, tidakkah ada kejanggalan suasana di bandara kala itu?

Menurut pandanganku, narasi saat adegan krusial itu penting sekali. Mungkin bagian itu narasinya bisa diperkuat agar menjelaskan pertanyaan-pertanyaan semacam itu di hati pembaca.

Karakter dua tokoh utama juga kurang kuat menurutku, padahal latar belakang mereka kuat banget. Seorang dokpol dan seorang gadis korban perceraian dan pelecehan seksual. Keduanya harusnya memiliki karakter unik, bahkan mungkin mengesankan pembaca. Eksplor semua itu, buat pembaca kagum dengan mereka.


Q : Part favorit?
A : Waktu El nolongin Icha yang kena peluru nyasar.
Q : Karakter favorit?
A : Elfatih
Q : Apa yang kamu pelajari dari novel ini?
A : Cinta yang bergairah. Wkwkwk.
Q : Akankah kamu membaca karya lain penulis ini?
A : Hmm, next time, aku coba liat-liat work nya dulu. Siapa tau ada yang sesuai seleraku.
Q : Akankah kamu cepat move on dari cerita ini?
A : Aku lagi harus mendalami novel garapan. Jadi harus. Mau nggak mau.
Q : Pesan buat author I Love You My El?
A : Keep fighting Atha… Kamu punya skill yang oke buat ngolah dialog jadi seakan-akan hidup. Kembangkan terus dan jangan berhenti belajar supaya kelak jadi super power. Hehe.


After all, aku menikmati baca karya kamu, Tha. Unik, nggak mainstream. Dokpol gitu. Dan untuk materi-materi soal kedokteran kurasa sudah cukup kamu kuasai dengan baik. Hanya tinggal teknis dan beberapa hal aja yang perlu dipoles lagi supaya makin oke.

And last, thank you so much Atha. Maaf kalau dalam penulisan review ini banyak salah-salah kata dari aku, kebetulan badan lagi kurang fit, padahal pengin banget nulis lebih panjang lagi karena ada beberapa poin yang belum sempat kutulis. Tapi poin receh kok, nggak masalah. Yang penting-penting sudah aku sampaikan semua di atas.

Jangan kapok di review oleh JK yaa.

Terima kasih kepercayaannya.


Best regards,


Nindya Chitra


2 thoughts on “(Wattpad Review) I Love You My El by Atha

Leave a comment